Wujudul Hilal vs Imkanur Rukyat

Sebagai pemerhati perbedaan antara 2 metode penentuan bulan Hijriyah, izinkan saya sedikit menulis mengenai hal ini dalam bahasa yang lebih mudah dimengerti. Tangan ini tergerak untuk menulis karena banyaknya ketidak tahuan masyarakat pada umumnya yang cenderung mengedepankan semangat golongan ketimbang mencari tahu apa sebenarnya substansi perbedaan tersebut.

Hisab yang diusung Muhammadiyah adalah metode yang semata-mata mengandalkan perhitungan astronomi dalam menentukan bulan baru. Metode hisab ini di Muhammadiyah dinamai “Wujudul Hilal”. Kriterianya adalah:

1. Telah terjadinya ijtimak/konjungsi antara bumi, bulan dan matahari

2. Bulan tenggelam belakangan setelah matahari tenggelam pada petang itu.

Kekuatan dari metode ini adalah: Kemudahan dan kepastian. Karena dalam astronomi, semua pergerakan benda2 angkasa sudah bisa dipetakan dan dibuat rumus atau dibuat tabel untuk tahun2 ke depan.  Kelemahan dari metode ini adalah: membuang sama sekali faktor “rukyat” atau melihat bulan. Padahal di hadits2 shahih jelas sekali menerangkan faktor “keterlihatan” hilal.

Rukyat adalah metode menentukan bulan baru dengan pengamatan/observasi semata. Jikalau bulan tidak terlihat/terhalang, maka hitungan hari pada bulan tersebut digenapkan menjadi 30. Sebaliknya jika bulan kelihatan pada petang tersebut, maka keesokan harinya adalah tanggal 1.

Kekuatan metode ini: Sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh nash2 shahih, yaitu dengan me”rukyat” /melihat hilal. Kelemahan metode ini adalah: Ketidak pastian. Kita sebagai umat islam tentu menginginkan kalender hijriyah superior dari sistem penanggalan lainnya. Tetapi kalau tidak pasti, bagaimana kita bisa menonjolkan? Misalkan jika memesan tiket pesawat tanggal 30 Julhijah seminggu sebelumnya, tetapi sehari sebelum keberangkatan ternyata hasil rukyat menyatakan bulan julhijah tahun itu hanya 29 hari, kan berarti tiketnya hangus.

Makanya ada jalan tengah, yaitu:

Imkanur Rukyat adalah metode jalan tengah yang dimotori oleh pakar astronomi yang sudah muak dengan perbedaan hisab vs rukyat. Dalam metode imkanur rukyat ini, ada tambahan kriteria seperti minimal tinggi bulan sebelum dirukyat dan atau umur bulan sebelum dirukyat dan atau lengkung sudut bulan terhadap matahari sebelum dirukyat. Meskipun secara nominal belum ada kesepakatan misalkan berapa tinggi bulan sebelum dirukyat, tetapi ini merupakan kemajuan yang sangat berarti untuk menjembatani perbedaan hisab vs rukyat.

Kekuatan metode imkanur rukyat adalah: Kepastian dan pemenuhan faktor rukyat yang tertera di hadits2 shahih. Kepastian karena dengan menentukan minimal berapa derajat ketinggian bulan sebelum dirukyat, akan meminimalkan kesalahan prediksi apakah bulan akan terlihat atau tidak. Kelemahannya: boleh dibilang tidak ada. Karena ini adalah hasil musyawarah, menentukan secara nominal misalkan berapa ketinggian bulan yang disepakati sebelum dirukyat.

Pemerintah dan ormas2 Islam secara umum (kecuali Muhammadiyah) sudah bersepakat untuk mengedepankan metode imkanur rukyat, meskipun belum ada kesepahaman berapa nilai nominal dari tambahan kriteria rukyat tersebut. Pada umumnya ormas2 Islam mensyaratkan minimal 2 derajat sementara para ahli astronomi mengisyaratkan bulan sebenarnya tidak bakal terlihat jika masih di bawah 4 derajat di atas ufuk setelah matahari tenggelam. Sementara Muhammadiyah masih tetap bersikukuh dengan metode wujudul hilal yang murni penghitungan.

Mudah2an tulisan ini bisa memperjelas hal yang simpang siur dan membuat diskusi lebih mengedepankan substansi ketimbang semangat golongan.

Ada pertanyaan?

About tikitakablog

www.facebook.com/tikitaka.fb
This entry was posted in Uncategorized and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

67 Responses to Wujudul Hilal vs Imkanur Rukyat

  1. sterie says:

    Global Islamic Calendar……versi saya 🙂

    1. jika ketinggian hilal > 6* mengunakan Imkanur Rukyat
    2. jika ketinggian hilal < 6* mengunakan Wujudul Hilal

    *insyaAllah tidak ada lagi perbedaan dan bahkan mungkin bisa diadopsi di seluruh dunia

    pertimbangan:
    1. menggunakan Imkanur Rukyat
    a. “Berpuasalah kamu karena melihat dia [hilal] dan berbukalah kamu karena melihat dia [hilal].”

    b. dengan derajat 6* lebih mendekati kreteria astronomi untuk bisa melihat hilal dengan jelas tanpa keraguan sehingga tidak menimbulkan polemik

    2. menggunakan Wujudul Hilal
    a. “Jika kamu melihat dia (hilal) maka berpuasalah kamu, dan jika kamu melihat dia (hilal) maka berbukalah, jika pandangan kamu terhalang mendung maka perkirakanlah.”

    b. kreteria WH memastikan terlihatnya hilal muncul di 180* bujur barat meskipun belum terlihat di tempat lain sehingga lebih cocok dipakai untuk rukyat global atau kalender internasional. jd WH tidak ada hubungan langsung dengan saudi arabia (bisa saja beda)

    * gabungan 2 metode ini secara tidak langsung bisa digunakan untuk menentukan GIC (Global Islamic Calendar) dengan tidak meninggalkan rukyatul hilal yang menjadi syarat wajib sebagian umat islam, sederhana dan bisa langsung diterapkan

    • tikitakablog says:

      mungkin ada baiknya besaran seperti 6 derajat harus dibuktikan dengan data statistik. Maksudnya, harus ada observasi berkelanjutan dan perekaman data yang baik sehingga dibuat statistik yang mendekati angka sebenarnya

  2. Fariz says:

    Jangan perdebatkan masalah ini. Gunakan akal dan ilmu pengetahuan yang sudah berkembang.. Jika ingin berdebat Muhammadiyah ga akan menang melawan NU karna NU di didik Untuk berdebat bukan mencari kebenaran

  3. Den duan says:

    Den duan
    Perbedaan penentuan awal romadho dan akhir romadon adalah Suatu hikmah dan menjadi rohmah bila perbedaan itu disikapi untuk mencari ridho allah, perbedaan akan menjadi sia-sia bila untuk menag sendiri.
    tidak semua urusan ibadah itu bisa di nalar (akal ) dan menggunakan ilmu penetahuan. akau semua menggunakan akal makah akan rusak bentuk ibadah kita semisal Wudu yang kentut pantat kita tapi wajah kita yang dibasuh.paham ya …………………………………..

  4. Pingback: Perkiraan Ramadhan 1434H / 2013 Masehi untuk Indonesia | Tikitaka's Blog

  5. sumanto says:

    Perbedaan adalah rohmat yang tidak perlu dipermasalahkan tapi perlu untuk dihormati termasuk Pemerintah. Sehingga pemerintah tidak perlu untuk mengadakan sidang isbat, karena sidang isbat itu bermakna tidak menghormati adanya perbedaan ini berarti tidak menghormati adanya rohmat di negeri yang kita cintai ini. Pemerintah hendaknya mengucapkan selamat saja kepada segenap masyarakat Indonesia.

  6. Pingback: Perkiraan Idul Adha 1434H / 2013M | Tikitaka's Blog

  7. M Soleh says:

    Saya setuju pemerintah tidak usah mengadakan sidang isbat kalau hasilnya tidak mengakomodir semua kalangan. Kasian bagi yang tidak sepaham dengan golongan tertentu. Selama ini hasil sidang isbat tidak mengikat penentuan hari raya. Justru menimbulkan koflik di lapisan bawah yang kebetulan berbeda pemahaman dengan hasil isbat.

  8. taufan arif says:

    sudahi masalah ini, biarkan muhammadiyah dengan perhitungan sendiri biarkan pemerintah republik indonesia dengan perhitungan sendiri. muhammadiyah ulil amrinya adalah Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, itu sudah pasti, dan kita harus hargai. sedangkan sedang yang lain ulil amrinya adalah pemerintah, itu juga kita harus hargai. catatan sejarah: yang sekarang mengatakan ulil amri (pemerintah) harus diikuti, tetapi nyatanya saat dulu mereka juga sering berbeda dengan pemerintah. sementara muhammadiyah tetap konsisiten. tetapi bagiku, diskusi sebaiknya jangan pakai amarah, jangan pakai kebencian. ingat yang mengatakan ulil amrinya adalah pemerintah tetapi mereka tidak mau mengakui pancasila sebagai dasar negara dan hanya Khilafah yang diakuinya, tetapi apakah pemerintah ini sudah sesuai dengan syarat daulah islamiyah?

  9. Nur Rifai says:

    rupanya masyarakat sudah semakin dewasa, bukti semua berargumen tanpa dengan marah. saya setuju itu bahwa jika anda beda pendapat tentang suatu hal, maka value hakikinya serahkan aja kepada Sang Pencipta dan Rasul-Nya. Jika pendapat itu ternyata salah kan masih dapat satu pahala. Itulah hakikatnya value Rahmah.

  10. dhe says:

    Jikalau dalam tulisan ini imkanu rukyat tidak ada kelemahan itu salah, karena titik utamanya tetap pada rukyat artinya melihat bulan secara visual. Hisab pada prinsip utamanya dipakai untuk menentukan tanggal jauh-jauh hari, imkanu rukyat (kemungkinan di rukyat) tidak dapat menentukan awal puasa atau syawal jauh hari sebagaimana imkanu rukyat yg dipedomani oleh pemerintah sekarang, bahkan rakyat harus menunggu keputusan mentri agama secara dadakan. Kasihan umat islam yang berada di Indonesia bagian timur sudah jam 22.00 baru ada kepastian dari pemerintah. Menurut saya jika pemerintah betalih pada full hisab atau hisab hakiki karena akan ada kepastian tanggal dari jauh hari, karena insya Allah penggunaan hisab tidak bertentangan dengan syariah karena perintah menghitungnya ada dalam QS.yunus:5 dan Ar-rahman:5. Artinya kenapa kita harus beralih dari metode rukyat/imkanu rukyat kepada hisab hakiki karena dalam sebuah hadits yang sudah populer tentang awal kita berpuasa itu mengandung illat (alasan) karena pada zaman nabi mereka ummat yang ummi tidak bisa baca dan hisab.

    • tikitakablog says:

      Perbedaan dalam imkanur rukyat vs hisab murni adalah masalah interpretatif “keterlihatan” bulan dalam hadits2. Karena di hadits2 semuanya membicarakan faktor “keterlihatan”. Imkanur Rukyat adalah untuk memfasilitasi faktor “keterlihatan” ini. Memang masih perlu pengumpulan statistik yang banyak agar pada posisi apa (tinggi, umur, sudut) bulan baru secara umum akan terlihat.
      Jika statistik imkanur rukyat dikumpulkan setiap bulan, maka insya Allah dalam kurun waktu 10 tahun akan keluar hasil yang mendekati pada kebenaran akan keterlihatan bulan.

      • kobu says:

        Keterlihatan itu sebenernya dimaknai sebagai awal dan akhir puasa ramadhan yang menjelaskan lamanya berpuasa yaitu 1 bulan penuh. Ini juga disahkan oleh Al-Qur’an dan Hadits Shoheh. jadi yang puasa 29 hari sah dan yang puasa 30 hari juga sah. yang gak sah itu puasa 28 hari atau kurang dan 31 hari atau lebih. karena lama bulan dalam hijriyah itu kalo ga 29 hari ya 30 hari. Soal metode penetuannya itu tergantung keadaan umat islam saat itu. sebagaimana ilat kondisi pada masa Nabi yang masih banyak dalam keadaan ummi.

  11. dhe says:

    Satu kata penting yang termuat dalam hadits tersebut memang kata “melihat” namun Abdul Baqi:1984, ungkapan kata tersebut mengandung dua pengertian yaitu secara visual dan fikiran/hati. QS. Al-fill :1 artinya Tidakkah kamu melihat bagaimana tuhanmu memperlakukan gajah. Kata “melihat” disini untuk melihat sesuatu dengan fikiran/pengetahuan padahalkan jauh sebelum nabi lahir. Maka seharusnya memahami hadits tadi bukan hanya secara tekstual saja tapi harus lebih mendalam. Jika ditelisik lagi hadits nabi tersebut sejatinya bukan pesan inti. Pesan inti nabi adalah memastikan telah terjadi bulan baru untuk melangungkan ibadah puasa dan id. Jadi berdasarkan pendalaman hadits tersebut bahwa pesan inti dari kata melihat tersebut adalah tanggal baru.

    • tikitakablog says:

      Saya tidak akan membahas masalah interpretasi kata “melihat” di nash2 sahih. Saya belum cukup ilmu untuk ke situ. TUlisan saya sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa IR bisa menjembatani dan mengakomodasi kubu yang hisab dan rukyat dengan ulasan dari sisi teknis lapangan saja.

  12. dhe says:

    Disini saya juga ingin menuangkan pemikiran dalam rangka share, sehingga dapat dibaca oleh publik juga mudah-mudahan dapat membuka pemikiran masyarakat dalam memahami hadits ini, artinya tidak terjebak secara tekstual saja tapi harus lebih mendalam. Dan saya mengajak masyarakat beserta pemerintah untuk beralih menggunakan hisab, karena penggunaannya insya Allah tidak bertentangan dengan Syariah justru sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Assunnah. Karena Konsep Islam adalah rahmatan lil’alamiin.

    • tikitakablog says:

      siiip. saya juga dalam rangka share. Saya percaya masyarakat internet sudah cukup dewasa dalam memilah-milah informasi yang dibutuhkan. Selama kita sharing dengan niatan dan cara yang baik, Insya Allah akan menguntungkan semua fihak. salam2.

  13. gunadi says:

    saya tidak setuju dengan ….Rukyat adalah metode menentukan bulan baru dengan pengamatan/observasi semata. ….. karena yang melakukan rukyatul hilal pasti meng-hisab dulu agar mata terarah pada object yang dituju (hilal)….kecuali mereka yang ngawur.
    Jadi yang menggunakan metode rukyatul hilal itu “know and see” , sedang yang hisab “just know”.
    Pendapat saya… lebih baik yang “know and see”
    Tapi untuk memulai atau mengakhiri puasa itu terserah yang menjalani saja, terserah dengan keyakinan masing-masing.
    Saya ibaratkan seperti ini “ada orang dapat cek 1 milyar sudah percaya tanpa melihat uangnya dulu” kan terserah orangnya to? Kalau ceknya kosong? Duit pun kalau palsu?
    Artinya masalah rukyat dan hisab ini adalah ranah para ahli dari berbagai disiplin ilmu, bukan kelompok yang berpikiran sempit dan memaksakan kebenaran dengan dalil-dalil yang membingungkan.

    • tikitakablog says:

      Yang saya maksud dengan rukyat murni adalah rukyat yang hanya mengandalkan hitungan dari hasil rukyat sebelumnya. Misalkan kapan mau merukyat bulan ramadhan dengan melihat hasil rukyat bulan sebelumnya (bulan sya’ban). Dan menentukan kapan merukyat sya’ban adalah dari hasil rukyat bulan sebelumnya (rajab), dst. Tapi dengan kemudahan yang ada sekarang, orang bisa melihat tabel (melihat situs internet, mobile apps) kapan waktu untuk merukyat.

    • Oche says:

      Allah “just know” Nabi Muhammad “just Know” so what wrong?

  14. dhe says:

    sdr gunadi, itu terserah anda kita saudara namun kita berbeda. Menjalankan agama sesuai keyakinan masing-masing sudah dijamin dalam UUD. Namun pada prinsipnya disini saya menulus hanya untuk memberikan paradigma baru tentang Hisab dikalangan umat Islam jaman ini. Disini tidak ada dalil-dalil yang membingungkan ko namun disini saya hanya mencoba menginterpretasikannya secara sederhana. Menurut Nidhal Guessoum adalah suatu ironi yang memilukan bahwa setelah hampir 1,5 milenium perkembangan peradaban umat islam belum mempunyai suatu sistem penanggalan yang terpadu dan akurat…….

  15. dhe says:

    Sedikit coba menjelaskan kelemahan rukyat, pada bulan dzulhijjah 1455 H/ahad 19 februari 2034, hilal akan terlihat jelas dikawasan makkah dengan tinggi hilal 6,5°, sementara dikawasan timur (Indonesia) hilal bulan dzulhijjah belum terlihat masih -°, yang terjadi adalah makkah mendahului timur satu hari dan di timur belum bisa melihat hilal, apakah yang terjadi? Puasa arafah dan idul adha akan berbeda antara makkah dan Indonesia. Belum lagi tahun dzulhijjah tahun 2080 barat dan timur tengah akan berbeda. Ini jika melihat hilal secara rukyat.

    • tikitakablog says:

      Kita harus mendefinisikan “berbeda tanggal hijriyah” atau “berbeda tanggal Masehi”? Kebanyakan orang akan sedikit bingung ingin menyamakan tanggal islam tapi dengan parameter tanggal Masehi.

  16. Jalan tengah saya usulkan Hisab dilakukan dengan merujuk kepada inkarnur rukyat, arti bulan baru ada bila sudah >4 derajat diatas horizontal, sebab hisab yang berkelanjutan awal yang salah maka dia akan tetap salah. Kalau dengan wujudan hialal asal terjadi ijmak /konjunggasi maka bulan baru sudah terjadi, persoalan bagaimana menguji/mengkoreksi kesalahan?. Kalau perhitungan bulan Muharam dan bulan-bulan selanjutnya, dilakukan metode yang sama seharusnya tidak akan berbeda dengan rukyat terutama di Indonesia Yang cukup luas.

    • tikitakablog says:

      data sample statistik yang banyak akan memperkecil kesalahan batas keterlihatan.
      Untuk bulan2 selain ramadhan, syawal, zulhijah, kecil sekali diperdebatkan karena implikasi waktu ibadah tidak sebesar di 3 bulan tersebut.

  17. shobad says:

    kelemahan metode hisab (menghitung) adalah bisa saja “salah perhitungan”.. tp hal ini kecil kemungkinannya.. contohnya kalender hijriyah (motede hisab) yg dibuat NU dan Muhammadiyah perihal gerhana seluruh tanggal, jam dan bahkan menitnya akurat..

    kelemahan metode rukyat (melihat) dpt disebabakan 4 hal:
    1. faktor astronomi, posisi benda langit
    2. faktor meteorologi, contohnya cuaca di jakarta cerah shg hilal terlihat sedang di bandung mendung shg hilal tak terlihat.
    3. faktor geografi, wujud hilal di utara katulistiwa (kalimantan) mungkin terlihat tp di selatan (jawa) tidak terlihat… dari gunung mungkin terlihat dari pantai mungkin tidak… dari barat (aceh) mungkin terlihat tp dari timur (papua) tdk terlihat.
    4. faktor psikologi, petugas rukyat yg ingin segera “lebaran”, tentu dlm benaknya akan selalu terpikir “melihat” hilal.

    intinya di hisab (hitung) dulu…. kalo belum yakin ya di rukyat (lihat)…. kalo ga kelihatan ya tetapkan keyakinan hati…. bukan POKOKNYA harus genap 30 hari..

    maaf kalo salah 🙂

    • tikitakablog says:

      Setahu saya masing2 metode sepakat tidak asal menggenapkan 30 hari. Tetapi, pada metode rukyat, jika hilal tidak kelihatan di hari ke 29, maka digenapkan menjadi 30 hari (karena tidak ada kemungkinan yang lain): bulan islam tidak mungkin 28 atau 31 hari.

  18. Kita bukan memperdebatkan antara “WH” Muhammadiyah dan Rukyatnya NU tapi yg kita perdebatkan metode apa yang sesuai dengan hukum syar’i dan didukung oleh penelitian ilmiah, WH kelemahannya kalau wujudnya hilal asal puncak atas bulan pada waktu magrib sudah 0 derajat ini jelas susah membuktikan apakah betul hilal atau bukan, maka untuk melakukan Hisab harus dimulai dengan kriteria data empiris, misal umur bulan dan tingginya hilal, kalau sekarang masih visible pada umur 8 jam dan tingginya 6.5 derajat, tapi kalau sudah ditemukan teropong yang bisa bisa memisahkan cahaya matahari waktu terbenam dengan cahaya hilal, mungkin kriteria bisa dirobah misalnya 1 derajat, tapi bila nol derajat itu pasti dasarnya imajiner, hanya ada dalam hitungan. Kalau sudah disepakati kriteria itu maka kalau seharusnya antara hisab dan rukyat dimasa sekarang tidak akan berbeda, kalau metode menghitungnya benar sebab varian kecepatan dan garis edarnya tentu tidak akan mengalami perubahan yg bearti dalam setahun. Mudah-mudahan pihak PP Muhamaddiyah meninjau dan mengaji sungguh-sungguh metodenya WH nya sehingga perhitungan tgl 9 Juli 2013 sebagai 1 Ramadhan 1434 masih bisa dirobah.

    • tikitakablog says:

      Setuju kita memilih cara yang syar’i. Tetapi, masalahnya masing2 kubu merasa metodenya paling syar’i.
      Setuju kita harus membuktikan bulan baru telah masuk. Tetapi untuk membuktikan, ini pun harus didefinisikan: apa yang dimaksud dengan membuktikan? Kalau membuktikan dengan hitung2an posisi bulan tentu bisa dibuktikan dengan hitungan astronomis. Kalau membuktikan dengan visual, ini berarti harus dirukyat. Mana pembuktian yang paling syar’i? Masing2 kubu punya argumen metodenya syar’i.

  19. Karena yang dihitung perjalanan bulan dimazilahnya yang berbentuk lingkaran/elips maka menetapakan angka memulai hitungan yg menjadi pangkal sengketa, andai kata kita mulai misalnya diangka 4 derajat, untuk menjadikan peredaran bulan itu 29 derajat 54 menit (maaf kalau salah) perbulan itu harus dihitung sampai ke angka 4 derajat juga dan demikian seterusnya. Maka untuk menghisab perjalanan bulan tersebut kita kembali kepada saat nabi menetapkan mulai puasa/idulfitri, yaitu dengan rukyat baik dilihat beliau atau sahabat yg mau disumpah. Andaikata kriteria bulan baru sama antara hisab dan rukyat seharusnya perhitungan hisab tidak berbeda dengan rukyat. Kalau kita analogikan dengan waktu sholat kita bisa menguji setiap saat misalnya zuhur lihat saja bayangan tongkat apakah arah barat atau ketimur, asal bayangan ke Timur waktu zuhur sudah masuk tapi kalau tidak terlihat condong bayangan bearti masih belum. Maka kriteria wujudu; hilal yg perlu disepakati, sekarang bisa di buat simulasinya.

  20. Pingback: Perkiraan Awal Ramadhan 2013 | Toko Bunga Alam

  21. joletho says:

    La carane bgmn untuk mengajak satu paham imkanur-rukyat wong sblm sepakat, sdh sepakat berbeda, tp ini memang dibolehkan oleh Allah

  22. mas_ngan says:

    Harus ada UU keormasan yang mengatur kesamaan putusan yang menyangkut umat…Undang-undang adalah mutlak bagi warga negara (terlepas dari sesuai syariah atau tidak)…masalah perbedaan pasti berbeda, tapi dengan adanya keputusan yang mengikat, semua wajib mentaatinya…jangan sampai ada negara dalam negara…jika Islam hanya ditegakkan bagi suatu golongan tertentu, itu merupakan kemunduran..padahal Nabi Muhammad SAW, tidak pernah memutuskan sesuatu secara sepihak, pasti minta pentunjuk-Nya, atau dilakukan musyawarah bersama para Sahabat, juga diikuti oleh para Khulaufur Rasyidhin R.A…kita yang diberjahi Rahmat Islam dan Iman yang hidup di negara yang notabene Islam..masa masih mau berbeda? wahai saudaraku seiman…apakah kalian tidak merindukan kesamaan diantara kita?atau minimal kita bisa hidup menghargai dengan perbedaan?kita sesama Muslim lho?…mohon pikirkan dengan hati nurani antum semua…

  23. Awam says:

    Aswrwb,
    Sebelumnya mohon maaf, karena saya awam dengan yang namanya penentuan bulan baru ini.
    yang ingin saya tanyakan yaitu
    Kapan waktu (posisi bulan) sudah memasuki bulan baru? Berdasarkan ilmu astronomi atau berdasarkan Ilmu agama
    Menurut saya perbedaan itu karena masalah ini.
    Kalo kita tau bahwa awal bulan ini di mulai dari posisi bulan kapan, Iqjj tidak akan ada perbedaan lagi.

    • tikitakablog says:

      Bulan mati/baru (ijtimak/conjuction) ketika bulan tepat berada diantara bumi dan matahari. Jika kita berada pada posisi “di atas” ketiga benda ini (matahari-bulan-bumi), maka kita akan melihat ketiga benda ini segaris (lurus).
      Tapi dalam islam, penghitungan tanggal satu adalah tergantung ketika matahari/bulan terbenam dan bukan ketika ijtimak terjadi.

  24. intelligent says:

    Memang kebanyakan akal manusia itu mudah dikuasi oleh nafsunya. Bahkan cenderung selalu ingin mempertahankan pendapatnya walaupun pendapat dirinya itu mungkin kurang/tidak valid. Sebagai contoh adanya perbedaan penentuan mulainya menjalankan ibadah puasa bulan Romadhon. Sudah jelas2 pemerintah dengan hampir seluruh ORMAS Islam yang ada di Indonesia menentukan hal tersebut dengan imkaanurru’yah hilal, tetapi ya tetap ada sebagian kecil yang ingin menyendiri. Bukankah pemikiran dari akalnya banyak ulama itu lebih bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya dari pada akalnya sekelompok kecil ulama. Kenapa tidak mau mengikuti pemerintah dengan dukungan sebagian besar ulama Islam yang ada di Indonesia serta dukungan dari hampir seluruh ORMAS ISLAM yang ada di Indonesia? Bukankan dengan mengikuti pendapat mayoritas ulama dari berbagai ORMAS ISLAM dan mengikuti keputusan pemerintah yang disetujui oleh hampir seluruh ulama yang ada lebih menunjukkan bahwa kita juga mengutamakan rasa persatuan dan kesatuan.kita, sehingga rakyat Indonesia tidak selalu terpecah belah terus-menerus? Saya sebagai orang Islam yang netral, alias bukan dari NU atau Muhammadiyyah ataupun lainnya, sungguh2 sangat prihatin.

  25. Khusus untuk menentukan awal bulan jelas hadis nabi melihat, karena nabi 9 kali berpuasa ramadhan tidak ada hadis yg membatalkan hadis tsb. Karena itu saya yakin hadis itu sahih. hadis hanya dapat dibatalkan dengan hadis sahih pula jadi bukan pendapat/kesepakatan ulama. Maka untuk menentukan awal bulan harus ada penampakan, kemungkinan waktu zaman nabi penampakan bulan itu sudah lebih 6 derajat diatas horizontal karena mata manusia tak tahan dengan cahaya matahari sekarang dengan alat sudah bisa dilihat dibawah itu, bahkan mungkin kalau dibuat alat yang bisa membaca perbedaan cahaya matahari dan cahaya pantulan dari bulan sehingga di komputer bisa dilihat bentuk hilal. Sekarang bagaimana kita menjabarkan surat Yasin ayat 39 ” Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan sehingga sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tanda yang tua (kalu’rjuunilqodiim). Jadi ayat ini jelas menunjukan bagaimana perjalanan bulan, dan memisalkan bulan baru itu dengan tandan yang tua jadi ada contoh, seperti apa bulan baru itu, karena itu perlu penampakan seperti tandan tua. Kalau dihisab maka perlu sebagai titik nol perhitungan harus dimulai dari seperti tandan tua sampai ke tandan tua. Kalau kriteria ini sudah disepakati maka hisap sebagai konsep rasionalitas akan sama dengan rukyat sebagai penganut emphirism. Tak akan ada masyarakat saling menuding lagi kamu islam itu, saya islam dari golongan ini. Mudah-mudahan tulisan ini dapat direnungkan bersama untuk masa mendatang.

  26. batjogolla says:

    Dari pendapat kawan-kawan di atas sepertinya banyak jalan yang dapat ditempuh untuk mencari titik temu untuk menentukan awal bulan yang dapat diterima oleh ummat, sayangnya para pemimpin yang sepertinya tidak berusaha mencari titik temu tapi seolah-olah cenderung “mengedepankan” ekslusivitasnya, kita tidak terbatas pada NU atau Muhammadiah tetapi semua unsur, bukankah awal puasa saat ini tidak hanya tanggal 9 atau 10 Juli? terdapat kelompok yang lebih kecil yang memulai puasa di luar tanggal tsb (tanggal 8) . terus apakah mereka salah? mungkin akan terjadi perbedaan lagi untuk menentukan salah dan benar tetapi kalau semua benar bagaimana cara menerangkan bahwa tanggal 8, 9 dan 10 Juli=1 Ramadhan???. semoga ke depan tidak bertambah lagi rumus-rumus dan anggapan-anggapan barusehingga tidak akan menjadikan masyarakat awam + bingung. semoga para pemimpin mendapat rahmat untuk mengedepankan pencarian titik temu yang hakiki.

  27. daris sirad says:

    disaat islam yang satunya menunggu hasil rukyat ( ada yang pakai sarung sambil bawa teropong walau teropong pinjaman) oleh tim rukyat kementrian agama, namun ada umat islam lainnya yang sudah tahu hasil sidang itsbat tersebut bahwa keputusan sidang itsbat pasti 1 ramadhan jatuh pada 10 juli 2013.
    bahkan 1 syawal hasil sidang itsbat besok hari rabu 7 agustus 2013 juga sudah diketahui akan jatuh pada hari kamis 8 agustus 2013, hal ini karena tinggi hillal diatas 3 derajat (sudah wujud ).
    selain itu gerhana bulan yang akan terjadi dibulan2 kedepan juga sudah berhasil diketahui.
    Kesimpulannya : orang yang memiliki ilmu (diantaranya ilmu hisab) diberi kedudukan yang lebih tinggi beberapa derajat oleh Allah SWT. Buktinya prediksi bahwa akan ada umat islam yang akan mengumumkan hasil sidang itsbat, terbukti benar.

  28. Bang bang says:

    Yang jadi repot adalah seperti terjadi di th 2012 lalu.
    Berdasar imkanur rukyat dan rukyat pemerintah menetapkan awal bulan syawal sehari setelah ormas Muhammadiyah menjalankan shalat Ied.
    Dan alamak…….. Sang bulan baru enggan terlihat di akhir bulan…….. Terus gimana donk ?!…….
    Dan kejadian seperti ini bukan sekali dua tuch ?!……… Pada zaman Gus Dur pernah terjadi pula seperti ini. Dan herannya…….. Walau beliau tahu namun toch tetap saja Ia shalat ied sehari sesudahnya,padahal Ia berlebaran sebelumnya……namun bukan sebagai kepala negara……. Hayooo……….

  29. Bang bang says:

    Wah…….sampeyan ini kalau komentar yang bener broer ! Tapi harus Diakui pandangan anda realistis….
    Pada zaman Gus Dur pernah terjadi pula seperti ini. Dan herannya…….. Walau beliau tahu namun toch tetap saja Ia shalat ied sehari sesudahnya,padahal Ia berlebaran sebelumnya…….. Well memang sulit menelan pil kebenaran itu……….

  30. ismail says:

    alhamdulilah dengan kejadian ini semua golongan jadi berpikir keras mencari kebenaran,membuat orang islam jadi pintar pintar suatu saat nanti kita orang islam yang akan menemukan alat kepastian melebihi kecanggihan teropong bintang dan lebih handal menghitung….
    hidupku matiku dan ibadahku hanya untuk mendapatkan ridho darimu ya allah…

  31. danau toba says:

    kalau berdasarkan hitungan astronomi bulan sudah bergeser dan telah terlihat oleh mata ataupun hanya dapat dilihat oleh alat/tkenologi, bukankah itu menyatakan waktu telah berubah/berganti?, teknologi ataupun hitungan bukankah itu ilmu ALLAH SWT juga?

  32. ibnu says:

    Lha menentukan angka kriterianya sj masih bingung ya.. 2derajat (dasarnya kesepakatan aja) or 4 (bisa dilihat dg alat bantu) or 6 (bisa dilihat dg mata telanjang) gimana ya…?
    Tunggu aja deh,smp angkanya di 0 (bisa dilihat dg satelit).
    jd deh wujudul hilal…

    • tikitakablog says:

      kesepakatan bisa dicapai jika:
      1. Ada itikad baik menyelesaikan masalah bersama
      2. Bersungguh2 menjalankan kesepakatan, misalkan secara bersama2 mentabulasi hasil pengamatan setiap bulan sehingga bisa dibuat statistik yang akurat.

      Setahu saya, pengamatan hilal berdasarkan tempat di bumi. Kalau satelit kan kapan saja bisa melihat bulan karena tempatnya sama2 di angkasa seperti bulan.

  33. bakri syam says:

    rukyat itu khusus untuk puasa ramadan untuk bulan yang lainnya cukup dilakukan hisab saja. tetapi titik nol rotasi bulan terhadap bumi menurut ilmu agama bukan pada cunjungsi. jelasnya baca rotasi bulan blogspot.com bakrisyam

  34. Pingback: Perkiraan Ramadhan 1435H / 2014 Masehi untuk Indonesia | Tikitaka's Blog

  35. Ahmad Danun says:

    Metode Wujudul Hilal adalah mengapresiasikan Rukyat sesuai isyarat nabi saw., disini melakukan Rukyat bil ‘Ilmi (melihat dengan ilmu ), bukankah Nabi saw. sa’at itu menyatakan bahwa ummat pada waktu itu masih ummi, Nah sekarang kita sudah tidak ummi lagi bukan ….

  36. Pingback: Perkiraan Idul Adha 1435H / 2014M | Tikitaka's Blog

  37. H Bakri stam says:

    salam buat Ahmad Danun
    subhanallah ………urusan agama jangan anda ber anggapan lebih pintar dari rasullulah saw
    karena pemimpin umat tidak mendalami dan memahami ilmu astronomi, maka terjadilah perubahan sisi pandang umat islam dalam hal menentukan awal dan akhir pengamalan puasa ramadan
    padahal kata kuncinya tampaknya hilal.
    tentu ilmu teknologi dapat menggambarkan nya kapan hilal itu terbentuk/ujud di lihat dari bumi
    hilal itu akan terbentuk/ujud dilihat dari bumi apabila posisi bulan tertinggal/mendahului matahari lebih dari 20 derajat. dengan kata lain titik O derajat perjalanan bulan mengelilingi bumi menurut ilmu agama bukan pada ijtimak(kunjungsi)
    oleh karena itu maka sesuai lah hadist rasullulah saw dengan ilmu teknologi astronomi
    semua nya itu bisa di gambarkan lebih jelasnya baca rotasibulan.blogspot.com

    • zulkifli says:

      sy sepakat dg rukyat (melihat dg mata) tapi ruyat global. perbedaan yg terjadi selama ini lebih karena persoalan politik (politik global maksud saya). coba kita hilangkan faham nasionalisme kita, tanamkan bahwa antara indomesia dengan arab atau daerah timur tengah sana adalah sama, berada diatas bumi allah yg sama… boleh jadi di indonesia saat rukyat soreharinya gak liat hilal tapi beberapa jam kemudian di belahan bumi yg lain ada yang berhasil melihat hilal. tapi karena adanya skat nasionalisme maka pemerintah indonesia buru2 ketuk palu pada jam 8 malam karena bamyak masyarakat yng juga tidak sabar mau tau jadi salat taraweh atau tidak??? apa salahnya kita memunggu sampai subuh sambil mantau informasi kalau ada yg liat hilal maka kita sahur kalau belum ada ya kita sarapan saja gak usah buru2 salat taraweh malam itu… jika demikian maka tanggal awal dan akhir ramadhan akan satu di seluruh dunia. disinilah pentingnya wadah pemersatu islam sedunia KHILAFAH karena “amrul imam yarfaul khilaf” (perintah imam/khalifah memhilangkan perbedaan) kita sd bosan demgan perpecahan lita rindu persatuan

      • tikitakablog says:

        berbeda dengan penanggalan tahun masehi, tidak ada international date line yang tetap. “Date line” nya ya kalau hilal terlihat di dearah tersebut. Jadi tidak bisa saling menunggu.

  38. dicky irwanda says:

    Saya warga muhammadiyah yang Sebenarnya menghendaki kebersamaan. Muhammadiyah pun baru2 ini tengah berusaha untuk mempersatukan dengan cara membuat penyatuan kalender islam. Saya menghendaki itu

  39. dicky irwanda says:

    Saya menginginkan penyatuan kalender utk umat islam sedunia

  40. Alhamdulilah banyak aku dapt ilmu dari comment2 saudarku,
    sehingga saat aku menulis ini aku punya kesimpulan bahwa bagaimana sebaiknya kita secara global menetapkan 1 ramdhan atau 1 syawal berdasarkan WH atau arab saudi.
    karena Islam itu rahmatan lil alamin, Islamnya Indonesia juga islamnya Arab saudi semua sama.

  41. Pingback: Perkiraan Ramadhan 1436H / 2015 Masehi untuk Indonesia | Tikitaka's Blog

  42. fahmi mustam says:

    A. yang saya pahami bahwa wujudul hilal itu bukan metode tapi kirteria. Kriteria WH ada tiga yang berlaku secara kumulatif yaitu : 1. telah terjadi ijtimak, 2. ijtimak terjadi sebelum magrib, 3. pada saat matahari terbenam, bulan belum terbenam (masih di atas ufuk) berapapun tingginya. Jadi mohon tikitakablog menyampaikan informasi yang sahih.
    Menurut penelitian majelis tarjih pp muhammadiyah bahwa hadits2 mengenai rukyat ada lebih kurang 30 buah. hadits tersebut secara sanad dapat dibedakan atas: 1. yang bersumber dari ibnu abbas; 2. yang bersumber dari abu hurairah; 3. yang bersumber dari ibnu umar.
    1. Hadits tentang rukyat dari ibnu abbas, jika diteliti ternyata menimbulkan tanda tanya besar karena perintah rukyat terjadi pada tahun ke dua hijirah di madinah, sementara ibnu abbas pada saat itu masih menyelesaikan masa kanak-kanaknya di mekah, pertanyaannya dari mana ibnu abbas memperoleh informasi rukyat?
    2. hadits tentang rukyat dari abu hurairah, juga menimbulkan tanda tanya besar. Perintah rukyat terjadi pada tahun kedua hijriah di madinah, sementara abu hurairah masuk islam pada saat perang khaibar tahun ke tujuh hijriah, ini juga tidak sinkron.
    3. hadits tentang rukyat dari ibnu umar, Ibnu umar hijrah bersama dengan umar bin khattab (ayahnya) sebelum nabi dan abu bakar hijrah ke madinah. Dengan demikian ibnu umar mendengarkan langsung dari Nabi perintah rukyat itu. Ujung hadits dari ibnu umar, apabila terhalang awan maka (faqduruulahu) qadarkanlah. bahasa kita sekarang hitunglah atau prediksilah.
    B. memang agak aneh dan tidak konsisten, menurut pakar astronomi ketinggian hilal yang dapat dilihat adalah >= 4 derajat, tetapi menurut kriteria imkanur rukyat ketinggian hilal yang kemungkinan dpt dilihat >=2 derajat. Yang mana yang jadi rujukan?
    C. Konsepsi WH sebenarnya sudah bisa menyelesaikan masalah, apalagi sampai hari ini umat Islam tidak memiliki kalender hijriah internasional. sebab bisa jadi di Indonesia posisi bulan masih rendah dan tidak bisa dilihat, tetapi di negara lain yang berpenduduk muslim posisi bulan sudah dapat dilihat. Artinya hilal itu sudah bisa disaksikan oleh umat Islam yang lain di belahan dunia lain.
    D. selama umat islam berpegang teguh pada rukyat, selama itu pula umat Islam tidak akan pernah memiliki kalender hijriah internasional yang pasti dan akurat.
    E. Pertanyaan besar yang harus dijawab secara jujur, adil, tasamuh, toleran dan legowo adalah mengapa Rasulullah saw menggunakan rukyat pada zamannya, bagaimana dengan konteks umat Islam saat ini, dimana kemajuan perkembangan iptek sudah luar biasa, matahari, bulan, terbit dan terbenamnya sudah dapat diketahui secara eksak dan akurat. Posisinya juga dapat diketahui dan dibuktikan secara akurat.

  43. Yudha says:

    Apakah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam mengajarkan tentang derajat tinggi bulan di atas Ufuk??

    • tikitakablog says:

      Anda punya smartphone? anda tahu bagaimana aplikasi waktu sholat di smartphone tahu kapan waktunya isya? Kalau boleh saya kasih tau, waktu isya menurut perhitungan aplikasi waktu sholat adalah ketika matahari sudah berada 18° di bawah horizon. Apakah nabi pernah mengajarkan posisi 18° di bawah horizon untuk menentukan waktu sholat? Silakan direnungkan.

Leave a reply to mustamar.sutan Cancel reply